PERTEMUAN 13: KISAH NABI ISMAIL A.S.
KISAH NABI ISMAIL A.S.
KOMPETENSI DASAR
- Meyakini kebenaran kisah Nabi Ismail a.s
- Menunjukkan rasa ingin tahu, sabar, rela berkorban, hormat, dan patuh kepada orangtua sebagai implementasi pemahaman kisah keteladanan Nabi Ismail a.s
- Memahami kisah keteladanan Nabi Ismail a.s
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran jarak jauh pada pertemuan kali ini, diharapkan peserta didik mampu:
- Memahami kisah keteladanan Nabi Ismail a.s
- Menjelaskan kisah keteladanan Nabi Ismail a.s
MATERI POKOK : KISAH KETELADANAN NABI ISMAIL A.S
KEGIATAN PEMBELAJARAN
I. KEGIATAN AWAL
1. Salam dan Doa
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Apa kabar anak-anak kelas tiga yang salih salihah? Bagaimana puasa kalian? Semoga semuanya selalu dalam lindungan Allah Swt, diberikan kesehatan jasmani rohani dan kelancaran dalam menjalankan ibadah puasa di bulan suci ramadan, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Mari kita awali pembelajaran hari ini dengan membaca doa.
2. Tadarus Al-Qur’an
3. Asmaul Husna
4. Pesan Protokol Kesehatan
II. KEGIATAN INTI
Anak-anak, mari kita simak video pembelajaran kisah Nabi Ismail a.s. berikut!
KISAH NABI ISMAIL A.S
1. Keluarga Nabi Ismail a.s.
Setelah berdakwah di Babilonia dan beberapa lama tinggal di Mesir, Nabi Ibrahim a.s. bermaksud pindah ke Palestina bersama istrinya. Karena lama tidak memiliki anak, kemudian beliau berdoa kepada Allah Swt. agar dikarunia anak yang saleh. Berkat doa itu, Ibrahim dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Ismail. Ibu Nabi Ismail a.s. bernama Hajar.
2. Hijrah ke Mekkah
Dengan bertawakal kepada Allah Swt., Nabi Ibrahim a.s. meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail tanpa tempat tujuan yang tertentu. Ia hanya berserah diri kepada Allah Swt. yang akan memberi arah kepada binatang tunggangannya. Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh, tibalah pada akhirnya Nabi Ibrahim a.s bersama istri dan anaknya Ismail di Mekkah. Di kota itu, Ka’bah didirikan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail a.s. dan menjadi kiblat manusia dari seluruh dunia. Di tempat itu, Masjidil Haram sekarang berada.
3. Ditinggal di Tempat yang Gersang
Lelah masih belum hilang. Perintah Allah Swt. sudah datang kepada Nabi Ibrahim a.s. Di Mekkah, Hajar dan Ismail harus ditinggalkan, padahal tempat itu sangat gersang, tak ada air dan tanaman yang subur. Nabi Ibrahim a.s. mengatakan kepada istrinya bahwa ini adalah kehendak Allah Swt. dan harus bertawakal kepada-Nya. Hajar berkata, “Ke manakah Engkau akan pergi? Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan hal ini?” Nabi Ibrahim a.s. menjawab, “Benar, Allah-lah yang menyuruh kita ke sini. Percayalah Allah Maha Penyayang, tidak mungkin menelantarkan kalian”.
4. Munculnya Air Zam-zam
Hajar mematuhi perintah Ibrahim dengan sabar. Ia makan dari bekalnya dan minum dari air yang ditinggalkan Nabi Ibrahim a.s. sampai habis. Beberapa hari kemudian, persediaan bekal sudah habis. Tak ada lagi makanan dan minuman. Hajar kebingungan, ke mana ia harus mencari makanan. Kebingungan bertambah manakala terdengar tangisan Ismail kehausan. "Hajar melirik ke kanan dan ke kiri, pandangannya ke sana kemari mencari air. Begitu gigihnya Hajar, ia berlari menuju bukit Safa barangkali bisa mendapatkan air, ternyata tidak ada air sedikit pun. Kemudian, ia pun berlari-lari kepayahan sampai tiba di suatu tempat lain yang bernama Marwah. Di sana, pun tidak ada air. Kejadian itu sampai berulang-ulang, bolak-balik sebanyak tujuh kali ia berlari antara bukit Safa dan Marwah. Diriwayatkan bahwa Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan hampir berputus asa. Namun, pertolongan Allah Swt. datang kepadanya. Atas kekuasaan Allah Swt. melalui Malaikat Jibril, keluarlah mata air Zam-zam. Air itu dapat memenuhi keperluannya sehari-hari.
5. Pengorbanan Nabi Ismail a.s.
Nabi Ismail a.s. adalah anak yang patuh dan taat pada perintah Allah Swt. serta hormat kepada orang tuanya. Ketaatan dan kepatuhan Nabi Ismail a.s. diuji oleh Allah Swt. Ketika Nabi Ismail a.s. menginjak usia remaja, Nabi Ibrahim a.s dan Hajar diuji oleh Allah Swt. Peristiwa ini dijelaskan dalam al-Qur’an surat as-Saffat ayat 102-111, yaitu: "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka, pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (ayat 102) "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)." (ayat 103) "Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (ayat 104-105) "Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata." (ayat 106) "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar". (ayat 107) (Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. maka Allah Swt. melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan kurban. Allah Swt. menggantinya dengan seekor kambing. Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya kurban yang dilakukan pada Hari Raya Haji). "Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim." (ayat 108-109) "Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (ayat 110) "Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman." (ayat 111) Dan inilah asal permulaan sunah berkurban yang dilakukan oleh umat Islam pada setiap hari raya Idul Adha tanggal 10 Zulhijjah.
6. Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Membangun Ka’bah
Pada satu ketika, Nabi Ibrahim a.s. menerima wahyu dari Allah Swt. agar membangun Ka’bah. Hal itu disampaikan kepada anaknya. Nabi Ismail a.s. berkata, “Kerjakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu dan aku akan membantumu dalam pekerjaan mulia itu.” Allah Swt. berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah Ayat 127: "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Mulailah keduanya membangun Ka’bah hingga selesai dan tempat Nabi Ibrahim a.s. berdiri ketika itu dikenal dengan Maqam Ibrahim. Kemudian, Allah Swt. memberi wasiat kepada Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. untuk membersihkan Ka’bah dari kotoran, perbuatan syirik dan penyembahan berhala untuk orang-orang yang tawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud.
III. KEGIATAN PENUTUP
Demikian pembelajaran hari ini, semoga apa yang kita pelajari menjadi ilmu yang bermanfaat untuk diri kita dan orang-orang di sekitar kita.
Anak-anak salih saliha selalu ingatlah untuk rajin salat lima waktu, membaca Al-Qur’an, berbakti kepada kedua orang tua dan berbuat baik kepada sesama.
Selanjutnya kerjakan tugas di bagian penilaian.
Mari kita sempurnakan pertemuan ini dengan membaca Hamdalah, surah al- ‘Asr dan doa kafaratul majlis.
وَبِاللهِ التَّوْفِيْقُ والهِدَايَة
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
PENILAIAN
1. SIKAP
2. PENGETAHUAN
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar!
- Siapa nama ibu Nabi Ismail a.s.?
- Kemana Nabi Ibrahim a.s. bersama istri dan anaknya meninggalkan rumah untuk hijrah?
- Apakah nama dua bukit tempat Hajar berlari bolak-balik agar mendapatkan air untuk Nabi Ismail a.s?
- Apakah nama sumber mata air yang ditemukan Hajar?
- Sebutkan salah satu perbuatan terpuji Nabi Ismail a.s!
0 Response to "PERTEMUAN 13: KISAH NABI ISMAIL A.S."
Post a Comment